BENBaca artikel  selengkapnya di TOKOH SYIAH INDONESIA  tafhadol

BERITA INI MESKIPUN AGAK TELAT NAMUN MASIH SANGAT RELEVAN SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MELURUSKAN SEJARAH. KEMUDIAN JUGA SEBAGAI BENTUK RALAT DARI MAKALAH GENSYIAH SEBELUMNYA YANG KURANG TEPAT, YAITU SAAT MENAFSIRI REKOMENDASI MUI PUSAT UNTUK KASUS SAMPAN YANG BERBUNYI€ MEMINTA KEPADA PEMERINTAH AGAR MELAKUKAN LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS DAN POSITIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONFLIK YANG TERJADI DENGAN MENGGALI AKAR MASALAHNYA BAGI TERWUJUDNYA SITUASI YANG KONDUSIF UNTUK KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT DALAM JANGKA PANJANG.*

GENSYIAH DI MAKALAH ITU MEMBER CATATAN SEBAGAI BERIKUT: * : YANG DIMAKSUD DENGAN AKAR MASALAH ADALAH PERBEDAAN AKIDAH ANTARA SUNNAH DAN SYIAH, ATAU TENTANG KESESATAN SYIAH, BUKAN PEMICU MASALAH€.

MAKA DENGAN MAKALAH INI KAMI BERHARAP KESALAHAN TERSEBUT TELAH TERKOREKSI, DAN KAMI MOHON MAAF KEPADA MUI JATIM YANG TELAH MENGINGATKAN KAMI SOAL KEKELIRUAN TERSEBUT.

——-

AKAR MASALAH DAN PEMICUNYA:

Terkait dengan bentrok antara warga masyarakat dari dua desa, yaitu dusun Nangkernang – desa Karang Gayam – Kecamatan Omben dan desa Blu’uran – Kecamatan Karang PenangKabupaten Sampang Madura.
Menurut penuturan K.H. Abdusshomad Buchori selaku Ketua Umum MUI Jatim, bahwa akar masalahnya adalah kehadiran syiah. Berdasarkan kesaksian masyarakat setempat, dulu di desa tersebut aman-aman saja, bahkan tentram dan kondusif. Setelah kedatangan Tajul Muluk dengan membawa ajaran syi’ah yang disebarkan dengan menghalalkan segala cara, termasuk dengan iming-iming dana kepada masyarakat setempat, baru terjadi banyak konflik. Jika kita tahu kronologisnya, kita akan paham bahwa pemicu masalahnya juga syiah yang telah melanggar perjanjian dan yang memanas-manasi terlebih dulu, mereka orang syiah itu yang melempar batu pertama kali, yang menanam bom (ranjau) dan mengenai orang sunni!!
Berikut kronologisnya:
Perjanjian yang telah disepakati FORPIMDA, diantaranya adalah“Anak-anak warga Syiah yang dibeasiswakan ke pondok-pondok Syiah (YAPI Bangil dan Pekalongan) adalah tanggung jawab Pemkab Sampang untuk  memulangkan dan memasukkan ke pondok-pondok Ahlus Sunnah wal Jama’ah (ASWAJA) dengan biaya dari Pemkab”.
 
Berdasarkan hasil kesepakatan tersebut, ketika masyarakat melihat anak-anak warga syiah mau kembali ke YAPI Bangil dan Pekalongan, maka masyarakat sunni menghampiri dan mengajak anak-anak untuk kembali pulang, dan perlu dipahami bahwa masyarakat sunni tersebut tidak membawa senjata.
Mari kitaFlash backsejenak, apa yang sebenarnya terjadi..?!
Menurut penuturan sekretaris MUI Jatim, Sebelum kisah di Sampang itu terjadi, orang-orang syi’ah di Malang mengadakan rapat, diminta kepada tim-tim pembela syiah untuk bekerja maksimal dan melakukan apa saja sebisa mungkin supaya hukuman Tajul dikurangi vonisnya tidak 2 tahun. sehingga itu yang memicu kasus di sampang, mereka yakin kalau hukumannya akan dikurangi setengah tahun. akhirnya mereka mempersiapkan senjata (termasuk bom molotov dan ranjau), untuk mengantisipasi ketika nanti Tajul vonisnya dikurangi setengah tahun menjadi 1,5 tahun, pasti akan ada reaksi dari masyarakat sunni, nah.. disitulah nanti fungsi persenjataan yang telah dipersiapkan.
Akan tetapi,disaat masyarakat sunni yang tanpa senjata itu menggiring anak-anak pulang, tiba-tiba ketika sampai di dekat rumah Tajul dan lokasi dimana ranjau itu ditanam, komunitas Syi’ah mulai mengolok-olok masyarakat Sunni dan melakukan pelemparan menggunakan batu, bom Molotov yang sudah mereka persiapkan dengan butiran-butiran kelereng, dan ranjau-ranjau yang siap meledak ketika diinjak. Sehingga ada yang terluka oleh serpihan kelereng yang masuk ke dalam tubuh beberapa masyarakat sunni.
Ketika bom meledak, masyarakat sunni langsung mundur dan mengumumkan lewat pengeras suara yang ada di Musholla, lalu masyarakat mulai berdatangan dan membawa alat-alat seadanya, lalu terjadilah duel atau bentrok tersebut.
Ada seorang syiah yang bernama Hamamah, dan perlu diketahui, Hamamah ini bukan perempuan, jadi yang benar itu Bapak Hamamah. Secara provokatif dan demonstratif Bapak Hamamah memamerkan kekebalan tubuhnya dan membabi-buta dengan celurit panjang, tetapi Alloh ï• maha berkehendak, akhirnya Bapak Hamamah terbunuh, karena ada masyarakat yang mengetahui cara menghadapi ilmu kebal tersebut, yaitu dengan cara menyerang dari belakang.
Berdasarkan kronologi diatas, tidak benar jika ada orang atau media yang berkata bahwa “masyarakat sunni menyerang..”, yang benar adalah “terjadi bentrok”..tutur Ketua MUI Jatim saat diskusi dengan timgensyiah.com.
Reporter: Abu Zakariyya Imbang
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: